Pendidikan musik adalah bidang studi yang terkait
dengan pengajaran
dan pembelajaran
musik.
Bidang studi ini mencakup semua aspek pembelajaran, termasuk psikomotor
(pengembangan kemampuan), kognitif (pemerolehan pengetahuan), dan afektif,
termasuk apresiasi musik dan sensitivitasnya. Keberadaan
pelatihan musik mulai dari pendidikan prasekolah sampai pascasekunder umum
ditemukan di berbagai negara karena keterlibatan dalam musik dianggap sebagai
komponen dasar budaya
dan perilaku manusia. Musik, seperti bahasa, adalah
pencapaian yang membedakan manusia dengan makhluk lain.
Pengenalan
Di sekolah dasar, anak biasanya belajar memainkan
instrumen seperti kibor atau perekam, menyanyi dalam paduan suara
kecil, dan mempelajari elemen bunyi musik dan sejarah musik. Meski
pendidikan musik di berbagai negara secara tradisional menekankan musik klasik
Barat, dalam beberapa dasawarsa terakhir para pengajar musik cenderung
menyertakan penerapan dan sejarah musik non-barat untuk memberikan pengalaman
musik yang penuh dan mengajarkan multikulturalisme
dan pemahaman internasional. Di sekolah dasar dan menengah, pelajar
diberikan kesempatan naik panggung dalam bentuk ansambel musik,
seperti paduan suara,
orkestra,
atau band sekolah: band konser, orkes barisan,
atau band jazz. Di sejumlah sekolah
menengah, kelas musik tambahan juga diberikan. Di sekolah menengah pertama atau sederajat, musik
biasanya terus menjadi bagian yang dibutuhkan dalam kurikulum.[2]
Di tingkat universitas, mahasiswa di sebagian besar program
seni dan humaniora akan menerima kredit akademik setelah mengambil kursus
musik, yang biasanya berbentuk kursus pengenalan sejarah musik, atau kursus apresiasi
musik yang berfokus pada mendengarkan musik dan mempelajari berbagai
gaya musik. Selain itu, banyak universitas di Amerika Utara dan Eropa memiliki
sejenis ansambel musik yang dapat diikuti mahasiswa dari berbagai bidang studi
seperti paduan suara, band konser, orkes barisan, atau orkestra. Banyak
universitas menawarkan program sarjana dalam bidang pendidikan musik, sehingga
memungkinkan mahasiswa mereka menjadi pengajar ansambel tersertifikasi untuk
sekolah dasar dan menengah, serta kelas musik pemula. Program yang lebih tinggi
dapat berujung pada bekerja di universitas. Program-program ini terdiri dari
penyelesaian kelas teknik yang bervariasi, instruksi pribadi, berbagai
ansambel, dan observasi mendalam mengenai pengajar-pengajar di daerahnya.
Departemen pendidikan musik di universitas-universitas Amerika Utara dan Eropa
juga mendukung penelitian interdisipliner di bidang-bidang seperti psikologi
musik, historiografi pendidikan musik, etnomusikologi
pendidikan, sosiomusikologi, dan filsafat
pendidikan.
Studi musik seni Barat semakin umum dalam pendidikan musik di luar Amerika
Utara dan Eropa, termasuk negara-negara Asia seperti Korea Selatan, Jepang, dan
Cina. Pada saat yang sama, universitas dan perguruan tinggi Barat memperluas
kurikulum mereka sehingga mencakup budaya non-Barat, seperti musik Afrika
atau Bali (misalnya musik gamelan), serta musik rock (lihat pedagogi musik populer).
Pendidikan musik juga terjadi dalam konteks terindividualisasi, belajar
seumur hidup, dan masyarakat. Baik musisi amatir dan profesional biasanya
mengambil pelajaran musik, sesi
singkat pribadi dengan seorang guru. Musisi amatir biasanya mempelajari
kerumitan musik dan teknik musik tingkat awal hingga menengah.
Metodologi instruksional
Meski strategi instruksional dibatasi oleh guru musik dan kurikulum
musik di sekolah mereka, banyak guru yang sangat bergantung pada satu atau banyak
metodologi
instruksional yang muncul pada generasi-generasi terbaru dan berkembang cepat
pada paruh terakhir abad ke-20.
Metode pendidikan musik internasional
ternama
Metode Dalcroze
Metode Dalcroze dikembangkan pada awal abad ke-20 oleh musisi dan pengajar
asal Swiss,
Émile Jaques-Dalcroze. Metode ini dibagi menjadi
tiga konsep dasar - pemakaian solfège,
improvisasi, dan euritmika. Kadang disebut "gimnastika ritmik",
euritmika mengajarkan konsep ritme, struktur, dan ekspresi musik menggunakan
gerakan, dan merupakan konsep terkenal dari Dalcroze. Metode ini berfokus pada
memungkinkan pelajar mendapatkan kesadaran fisik dan pengalaman musik melalui
pelatihan yang dilakukan dengan semua indera, terutama kinestetik. Menurut
metode Dalcroze, musik adalah bahasa dasar otak manusia dan secara mendalam
terhubung dengan definisi manusia.
Metode Kodály
Bahasa tangan Solfège Curwen. Versi ini memiliki tendensi
nada dan judul menarik untuk setiap nada.
Zoltán Kodály (1882–1967) adalah pengajar musik
dan komponis Hongaria yang menekankan manfaat instruksi fisik
dan respon terhadap musik. Meski sebenarnya bukan metode pendidikan,
ajaran-ajarannya berada dalam kerangka kerja yang menyenangkan dan mendidik
yang dibangun kuat pada teori musik dasar dan notasi musik
dalam berbagai bentuk verbal dan tertulis. Tujuan utama Kodály adalah menciptakan
cinta abadi terhadap musik dalam diri pelajar dan merasa bahwa sudah menjadi
tugas sekolah anak untuk menyediakan elemen pendidikan yang vital ini. Sejumlah
metode pengajaran ciptaan Kodály mencakup pemakaian bahasa tangan solfège,
notasi pendek musik (notasi stik), dan solmisasi
ritme (verbalisasi). Meski banyak negara memakai tradisi musik rakyat mereka
untuk membangun urutan instruksinya sendiri, Amerika Serikat cenderung memakai
urutan Hongaria, padahal musik rakyat Hongaria sangat berbeda ketimbang Amerika
Serikat.
Karya Katinka S. Daniel membawa pemikiran Kodaly ke garis depan pendidikan
musik di Amerika Serikat. Daniel memperkenalkan kurikulumnya di Konferensi
Kodaly Internasional tahun 1973 dan pada tahun-tahun selanjutnya yang berujung
pada penerbitan literatur untuk pengajar musik yang menggabungkan lagu rakyat
Hongaria dengan lagu rakyat Amerika Serikat dan musik klasik barat. Daniel
setuju dengan Kodaly mengenai kewajaran memakai lagu ringan yang sederhana dari
budaya pelajarnya sendiri sebagai dasar pendidikan musik, namun ia kukuh bahwa
urutan di mana pola nada diajarkan harus dimulai dengan nada ketiga minor
menurun, atau “sol-mi”, pola yang merupakan interval paling alami dan sederhana
bagi semua anak untuk dinyanyikan. Katina Daniel membuat tugas mengadaptasi
karya Kodaly ke pendidikan musik Amerika Serikat tidak lagi menakutkan bagi
para pengajar Amerika Serikat.
Orff Schulwerk
Carl Orff
adalah seorang komponis ternama Jerman. Orff Schulwerk karyanya dianggap
sebagai "pendekatan" terhadap pendidikan musik. Pendekatan ini
dimulai dengan kemampuan dalam diri pelajar untuk bermain dengan bentuk-bentuk
musik yang belum sempurna, menggunakan ritme dan melodi dasar. Orff menganggap
tubuh merupakan instrumen perkusif dan pelajar didorong mengembangkan kemampuan
musik mereka dengan cara yang mellintasi perkembangan musik barat. Pendekatan
ini mendorong improvisasi dan mengurangi tekanan orang dewasa dan latihan
mekanik, sehingga membantu penemuan jati diri pelajar tersebut. Carl Orff
mengembangkan sekelompok instrumen khusus, termasuk bentuk modifikasi glockenspiel, silofon,
metallophone, drum, dan instrumen perkusi
lainnya untuk memenuhi persyaratan kursus Schulwerk.
Metode Suzuki
Metode Suzuki dikembangkan oleh Shinichi Suzuki di Jepang sesaat setelah Perang
Dunia II, dan metode ini memakai pendidikan musik untuk memperkaya hidup dan karakter moral para
pelajarnya. Gerakan ini berdiri di atas pemikiran bahwa "semua anak bisa
menjadi terpelajar" dalam musik, dan bahwa belajar bermain musik pada
tingkat tinggi juga melibatkan pembelajaran ciri-ciri dan keutamaan karakter
yang menjadikan jiwa seseorang lebih indah. Metode utama dalam mencapai hal ini
terpusat pada menciptakan lingkungan belajar musik yang sama seperti lingkungan
seseorang untuk belajar bahasa ibu mereka. Lingkungan 'ideal' ini membutuhkan
cinta, contoh berkualitas tinggi, pujian, berlatih menghapal dan mengulang, dan
sebuah jadwal yang diatur oleh kesiapan perkembangan pelajar untuk mempelajari
suatu teknik tertentu. Meski Metode Suzuki lumayan terkenal di seluruh dunia,
di dalam Jepang sendiri pengaruhnya kurang muncul ketimbang Metode Yamaha,
dikembangkan Genichi Kawakami bekerja sama dengan Yamaha Music
Foundation.
Metode ternama lainnya
Selain empat metode internasional ternama di atas, beberapa pendekatan lain
juga berpengaruh. Metode-metode yang kurang dikenal disebutkan di bawah:
Teori Pembelajaran Musik Gordon
Metode ini didasarkan pada penelitian dan uji coba lapangan yang ekstensif
oleh Edwin E. Gordon dan
rekan-rekannya. Teori Pembelajaran Musik memberikan guru musik sebuah metode
lengkap untuk mengajar kemusisian melalui audiasi,
istilah ciptaan Gordin untuk mendengar musik dalam pikiran dengan pemahaman.
Metode pengajaran membantu guru musik menetapkan tujuan kurikulum berurutan
sesuai dengan gaya dan keyakinan pengajaran mereka.
Pedagogi Musik Dunia
Pertumbuhan keragaman budaya dalam populasi usia sekolah mendorong para
pengajar musik dari tahun 1960-an dan seterusnya mendiversifikasi konten
kurikulum musik, dan bekerja sama dengan etnomusikolog dan sejumlah
seniman-musisi dunia dalam menciptakan praktik instruksional yang relevan
dengan tradisi musik. 'Pedagogi musik dunia' dicetuskan oleh Patricia Shehan
Campbell untuk menyebut konten musik dunia dan praktik pada program musik
sekolah dasar dan menengah. Perintis gerakan ini, terutama Barbara Reeder
Lundquist dan William M. Anderson, memengaruhi generasi kedua pengajar musik
(termasuk Bryan J. Burton, Mary Goetze, Ellen McCullough-Brabson, dan Mary
Shamrock) untuk merancang dan menyalurkan model kurikulum ke guru-guru musik
dari berbagai tingkatan dan spesialisasi.
Solfège Konversasional
Dipengaruhi metodologi Kodály dan Teori Pembelajaran Musik Gordon, Conversational
Solfège dikembangkan oleh Dr. John M. Feierabend, ketua pendidikan musik di
Hartt School di Universitas Hartford.
Filsafat metode ini adalah memandang musik sebagai seni aural dengan kurikulum
berbasis literatur. Urutan metodologi ini melibatkan proses 12 tahap untuk
mengajar melek musik. Tahap-tahap tersebut meliputi pola ritme dan nada dan
memecahkan pola tersebut menggunakan silabel dan notasi. Tidak seperti metode
tradisional Kodály, metode ini mengikuti instruksi aktual Kodály dan memakai
urutan yang didasarkan pada lagu rakyat Amerika Serikat, bukannya memakai
urutan yang digunakan di Hongaria berdasarkan lagu rakyat Hongaria.
Metode Carabo-Cone
Pendekatan awal masa kecil yang kadang dikenal sebagai Pendekatan
Sensori-Motor Terhadap Musik ini dikembangkan oleh violinis Madeleine
Carabo-Cone. Pendekatan ini melibatkan pemakaian perlengkapan, kostum, dan
mainan untuk anak-anak untuk belajar konsep musik dasar berupa staf, durasi
not, dan kibor piano. Lingkungan konkret ruangan kelas yang dirancang secara
khusus memungkinkan anak-anak mempelajari dasar-dasar musik dengan
mengeksplorasi melalui sentuhan
MMCP
Manhattanville Music Curriculum Project dikembangkan tahun 1965 dan
merupakan metode alternatif dalam membentuk perilaku positif terhadap
pendidikan musik. Pendekatan kreatif ini berpusat pada pelajar menjadi musisi
dan terlibat dalam proses penemuan. Guru memberikan pelajar kebebasan untuk
mencipta, mementaskan, berimprovisasi, melakukan, meneliti, dan menyelidiki
berbagai faset musik dalam kurikulum spiral.
Metode O'Connor
Mark O'Connor mengembangkan metode pendidikan biola yang dirancang
untuk memandu pelajar melalui perkembangan teknik musik yang diperlukan untuk
menjadi violinis yang mahir. Metode ini terdiri dari serangkaian piece
yang mencakup berbagai genre. Sesi pelatihan guru didasarkan pada metode yang
diberlakukan di negaranya.
Metode Boss School
Pada masa kejayaannya, Boss School of Music
di Mumbai
mengembangkan metode pendidikan khususmenggunakan teknologi audio-visual,
konsep yang disederhanakan dan peralatan musik yang dirancang khusus. Mereka
melatih pelajar pemula untuk ujian kibor elektronik
bertingkat terstandardisasi yang diadakan Trinity College London,
dan memerlukan 3-6 bulan saja untuk melatih mereka menggunakan metode sendiri,
yang dengan metode tradisional malah memakan 8 tahun. Dr. Vidyadhar Vyas,
Kepala Departemen Musik Universitas Mumbai
mengklaim mereka telah "merevolusi" pembelajaran musik dengan
mengajarkan konsep musik rumit dalma waktu singkat. Mereka juga melatih beberapa anak antara usia 6 dan 10 tahun untuk ujian
Kibor Elektronik Tingkat 8 yang diadakan Trinity College, dan setelah mereka
lulus ujian, mereka disebut-sebut sebagai anak berkemampuan istimewa.
Meski metode mereka tidak terdokumentasikan secara formal, banyak musisi
terkenal di Mumbai
seperti Louis Banks mengakui
bahwa sekolah tersebut telah mengembangkan sebuah "teknik yang
revolusioner".
Sejarah pendidikan musik di Amerika
Serikat
Abad ke-18
Setelah ceramah Pendeta Thomas Symmes, sekolah menyanyi pertama didirikan
tahun 1717 di Boston
dengan tujuan memperbaiki kemampuan menyanyi dan membaca musik di gereja.
Sekolah-sekolah menyanyi ini perlahan menyebar ke seluruh koloni Amerika
Serikat. Pendeta John Tufts menerbitkan An Introduction to the Singing of
Psalm Tunes Using Non-Traditional Notation yang dianggap sebagai buku teks
musik pertama di koloni ini. Antara tahun 1700 hingga 1820, lebih dari 375 buku
nada diterbitkan oleh para penulis seperti Samuel Holyoke, Francis Hopkinson,
William Billings, dan Oliver Holden.[23]
Musik mulai menyebar sebagai pelajaran kurikuler ke distrik-distrik sekolah
lainnya. Segera, musik meluas ke semua jenjang sekolah dan pengajaran membaca
musik terus membaik sampai kurikulum musik tumbuh dan mencakup beberapa
aktivitas selain membaca musik. Pada akhir 1864, pelajaran musik di sekolah
umum menyebar ke seluruh Amerika Serikat.
Abad ke-19
Tahun 1832, Lowell Mason dan
George Webb membentuk Boston Academy
of Music dengan tujuan mengajarkan menyanyi dan teori, serta metode
mengajar musik. Mason menerbitkan Manuel of Instruction pada tahun 1834
yang didasarkan pada karya pendidikan musik Pestalozzian System of Education
yang didirikan oleh pengajar asal Swiss, Johann Heinrich Pestalozzi. Buku ini perlahan
banyak dipakai oleh guru-guru sekolah musik. Sejak 1837-1838, Boston School
Committee mengizinkan Lowell Mason mengajar musik di Hawes School sebagai
demonstrasi. Ini dianggap sebagai pertama kalinya pendidikan musik
diperkenalkan ke sekolah-sekolah umum di Amerika Serikat. Pada tahun 1838,
Boston School Committee menyetujui masuknya musik ke kurikulum dan Lowell Mason
menjadi pengawas musik dasar pertama yang diakui komite. Pada tahun-tahun
selanjutnya, Luther Whiting Mason
menjadi Pengawas Musik di Boston dan menyebarkan pendidikan musik ke berbagai
jenjang pendidikan umum (sekolah bahasa, dasar, dan menengah). Selama
pertengahan abad ke-19, Boston menjadi model kota-kota lain di Amerika Serikat
untuk memasukkan dan membentuk program pendidikan musik di sekolah-sekolah
umum.[24]
Metodologi musik untuk guru sebagai sebuah kursus pertama diperkenalkan di Normal School. Konsep
guru kelas di sekolah yang mengajarkan musik di bawah arahan seorang pengawas
musik menjadi model standar untuk pendidikan musik sekolah umum pada abad itu.
(lihat pula Pendidikan
musik di Amerika Serikat)
Awal abad ke-20
Di Amerika Serikat, perguruan tinggi keguruan dengan program sarjana empat
tahun dikembangkan dari Normal School dan mencakup pelajaran musik. Oberlin Conservatory
pertama kali memberikan gelar Bachelor of Music Education. Osbourne G.
McCarthy, seorang pengajar musik Amerika Serikat, memperkenalkan detail mempelajari
musik untuk mendapatkan kredit di Chelsea High School. Peristiwa-peristiwa
besar dalam sejarah pendidikan musik pada awal abad ke-20 juga meliputi:
Pertengahan abad ke-20 sampai 21
Tabel berikut mengilustrasikan sejumlah perkembangan pesat dari periode
ini:
Tanggal
|
Peristiwa
|
Peristiwa penting bagi pendidikan musik
|
1950
|
The Child's Bill of
Rights in Music[25]
|
Sebuah filsafat
yang terpusat pada pelajar didukung secara formal oleh MENC.
|
1953
|
|
Gerakan band
semakin terorganisasi.
|
1957
|
|
Peningkatan fokus
kurikulum terhadap sains, matematika, teknologi dengan sedikit penekanan pada
pendidikan musik.
|
1959
|
|
Tujuan proyek ini
adalah menjadikan musik kontemporer relevan bagi anak-anak dengan menempatkan
komponis dan pementas berkualitas dalam lingkungan pengajaran. Proyek ini
menciptakan gerakan Comprehensive
Musicianship.
|
1961
|
|
Gerakan paduan
suara semakin terorganisasi.
|
1963
|
|
Pengembangan
pendidikan seni yang didukung pemerintah berfokus pada literatur kelas musik
berkualitas. Juilliard Project berujung pada kompilasi dan
penerbitan karya-karya musik dari berbagai era sejarah untuk sekolah dasar
dan menengah.
|
1965
|
|
Bantuan keuangan
federal dan pengakuan nilai yang dimiliki musik dalam masyarakat.
|
1967
|
|
Penetapan filsafat
pendidikan musik yang bersatu dan eklektik. Penekanan tertentu terhadap musik
pemuda, musik pendidikan khusus, musik perkotaan, dan musik elektronik.
|
1969
|
|
35 tujuan yang
dibuat oleh MENC untuk menciptakan program pendidikan musik berkualitas di
sekolah umum, diterbitkan dan direkomendasikan agar diikuti oleh semua
pengajar musik.
|
1978
|
|
Menekankan dampak
teori pembelajaran dalam pendidikan musik dalam bidang: persepsi auditori,
pembelajaran motor, perkembangan anak, kemampuan kognitif, pemrosesan memori,
pengaruh, dan motivasi.
|
1984
|
Becoming Human
Through Music Symposium
|
|
1990
|
Multicultural
Symposium in Music Education
|
Muncul dari
kesadaran akan meningkatnya keragaman populasi sekolah di Amerika Serikat,
simposium tiga hari untuk guru musik ini disponsori oleh MENC, Society for
Ethnomusicology, dan Smithsonian Institution, dengan tujuan memberikan model,
material, dan metode untuk mengajar musik dari berbagai budaya dunia untuk
anak-anak sekolah dan kaum pemuda.
|
1994
|
National Standards
for Music Education
|
Hampir sepanjang
1980-an, muncul kampanye reformasi pendidikan dan akuntabilitas semua
pelajaran kurikulum. Hal ini mendorong MENC memperkenalkan National Standards
for Music Education.[26]
Standar MENC diadopsi oleh banyak negara bagian, sementara negara-negara
bagian lain telah membuat standar mereka sendiri atau mengabaikan standar
ini.
|
1999
|
|
Mempelajari
perubahan filsafat dan praktik dan memprediksi bagaimana wajah pendidikan
musik Amerika Serikat pada tahun 2020.
|
2007
|
Tanglewood II:
Charting the Future[27]
|
Berefleksi pada 40
tahun perubahan pendidikan musik sejak simposium Tanglewood pertama tahun
1967, mengembangkan deklarasi mengenai prioritas selama 40 tahun selanjutnya.
|
Standar dan penilaian
Standar adalah pernyataan kurikulum yang dipakai untuk membantu pengajar
menentukan tujuan pengajaran mereka. Pemakaian standar semakin umum di banyak
negara pada abad ke-20. Sepanjang eksistensinya, kurikulum pendidikan musik di
Amerika Serikat ditentukan secara lokal atau oleh masing-masing guru. Pada
beberapa dasawarsa terakhir, muncul perpindahan besar untuk mengadopsi standar
regional dan/atau nasional. MENC: The
National Association for Music Education, membuat sembilan standar
konten sukarela yang diberi nama National Standards for Music Education.[1]
Standar ini mensyaratkan:
- Menyanyikan
repertoar musik yang bervariasi secara sendiri dan bersama.
- Mementaskan
repertoar musik yang bervariasi secara sendiri dan bersama.
- Mengimprovisasi
melodi, variasi, dan iringan.
- Menggubah
dan mengatur musik sesuai panduan yang ditetapkan.
- Membaca
dan menotasi musik.
- Mendengarkan,
menganalisis, dan mendeskripsikan musik.
- Menilai
musik dan pementasan musik.
- Memahami
hubungan antara musik, seni lain, dan disiplin di luar seni.
- Memahami musik
terkait dengan sejarah dan budaya.
Banyak negara dan distrik sekolah menggunakan standarnya sendiri untuk
pendidikan musik.
Negara bagian
Washington telah menguji penilaian pementasan berbasis kelas yang
mensyaratkan pelajar kelas 5 dan lebih tinggi untuk menggubah musik dalam satu
staf dan menyanyi sekilas lembar musik tanpa bantuan instrumen. Ini dirancang
untuk menilai standar yang diharapkan dimiliki oleh semua pelajar.[28]
Menyanyi sekilas membaca adalah persyaratan belajar di Washington untuk kelas
8. Negara bagian lain juga sedang mengevaluasi penilaian pementasan seperti
ini.
Integrasi dengan pelajaran lain
Sejumalh sekolah dan organisasi mempromosikan integrasi kelas-kelas seni,
seperti musik, dengan pelajaran lain, seperti matematika, sains, atau bahasa
Inggris. Sering diduga bahwa dengan mengintegrasi beberapa kurikulum akan
membantu setiap pelajaran terbentuk satu sama lain, sehingga memperbaiki
kualitas pendidikan secara keseluruhan. Pendidikan musik dapat memainkan peran
penting dalam perkembangan anak dan kegiatan skolastik mereka.
Salah satu contohnya adalah program "Changing Education Through the
Arts" dari Kennedy Center. CETA
mendefinisikan integrasi seni sebagai menemukan hubungan alami antara satu
bentuk seni atau lebih (tari, drama/teater, musik, seni visual, bercerita,
boneka, dan/atau tulisan kreatif) dan satu bidang kurikulum atau lebih (sains,
ilmu sosial, seni bahasa Inggris, matematika, dan lain-lain) demi mengajar dan
menilai tujuan dalam seni dan bidang pelajaran lainnya. Ini memungkinkan fokus
sekaligus terhadap mencipta, mementaskan, dan/atau menanggapi seni namun masih membicarakan
konten bidang pelajaran lain.
The Learning Maestros adalah sebuah perusahaan yang bertujuan menciptakan karya musikal dan
materi pendidikan interdisipliner baru yang mengeksplorasi hubungan antara
musik dan sains, literatur, seni visual, sejarah alam, dan masalah sosial.
Perusahaan ini didirikan oleh Julian Fifer dan komponis Bruce Adolphe.
Karya-karya pendidikan interdisipliner ternama yang telah mereka ciptakan
bekerja sama dengan penulis dan ilmuwan adalah "Tyrannosaurus Sue: A
Cretaceous Concerto" (untuk Field Museum of Natural History, Chicago),
"Red Dogs and Pink Skies: A Musical Celebration of Paul Gauguin"
(bersamaan dengan pameran di Metropolitan Museum of Art, New York), "Self
Comes to Mind" (dibuat bersama ilmuwan saraf Antonio Damasio, dipentaskan
oleh Yo-Yo Ma di American Museum of Natural History, New York), "Let
Freedom Sing: the story of Marian Anderson" (dibuat bersama penulis
Carolivia Herron, dipentaskan oleh Washington National Opera),
"Zephyronia" (dibuat bersama penulis Louise Gikow, utuk Imani Winds),
dan "Witches, Wizards, Spells, and Elves: The Magic of Shakespeare"
(untuk Chicago Chamber Musicians dan Chicago Shakespeare Theater).
Lifelong
Learning Programme 2007–2013 Uni Eropa telah mendanai tiga proyek
yang memakai musik untuk membantu pembelajaran bahasa. Lullabies of Europe
(untuk prasekolah dan pemula), FolkDC (untuk sekolah dasar), dan PopuLLar
(untuk sekolah menengah)
Pentingnya pendidikan musik
Menurut Florida Music Educators Association, “Musik dan seni rupa telah
menjadi bagian penting dari sistem pendidikan di setiap budaya selama lebih
dari 3.000 tahun. Otak manusia telah diperlihatkan sangat terikat dengan musik;
ada dasar biologi bahwa musik merupakan bagian penting dari kehidupan manusia.
Musik dan seni mengitari kehidupan sehari-hari dalam budaya masa kini.
Kebanyakan seniman, arsitek, dan musisi zaman sekarang memperoleh ketertarikan
mereka selama sekolah melalui kelas seni rupa. Pendidikan tanpa seni rupa
sangat miskin secara mendasar dan lantas mendorong terciptanya masyarakat yang
miskin."
William Earhart, mantan presiden Music Educators National Conference,
mengatakan, "Musik memperbaiki pengetahuan di bidang matematika, sains,
geografi, sejarah, bahasa asing, olahraga, dan pelatihan vokasional. "Musik tidak hanya menginspirasi kreativitas dan kinerja, tetapi
kinerja akademik secara keseluruhan terpengaruh secara serius. Sebuah studi
yang dilakukan Harris Poll menunjukkan bahwa 9 dari 10 orang dengan gelar
pascasarjana pernah mengikuti pendidikan musik. Studi National Report of SAT
menunjukkan bahwa pelajar dengan pengalaman pementasan musik mendapat skor
tinggi pada ujian SAT: 57 poin lebih tinggi di verbal dan 41 poin lebih tinggi
di matematika. Sekoalh-sekolah yang mempunyai kinerja akademik tinggi di
Amerika Serikat menghabiskan 20 sampai 30% anggaran mereka untuk seni dengan
penekanan pada pendidikan musik.
Pendidikan musik juga meningkatkan kesuksesan seseorang dalam masyarakat.
Dalam setiap budaya manusia, musik dibawa-bawa karena ide dan cita-citanya.
Nilai musik membentuk kemampuan seseorang dan karakternya mulai berkembang.
Texas Commission on Drugs and Alcohol Abuse Report mencatat bahwa pelajar yang
berpartisipasi dalam band atau orkestra mengalami masa hidup yang lebih pendek
dan sering memakai zat-zat berbahaya, termasuk alkohol, tembakau, dan
obat-obatan.
Pendidikan musik juga meningkatkan aktivitas otak secara keseluruhan.
Penelitian yang dilakukan di Universitas Wisconsin menemukan bahwa pelajar yang
punya pengalaman bermain piano atau kibor 34% lebih baik dalam mengerjakan tes
yang mengukur aktivitas lobus spasial-temporal, yaitu bagian otak yang dipakai
saat mengerjakan matematika, sains, dan teknik.
Musik juga memperbaiki cara belajar. Lebih spesifik lagi, musik membantu
pengingatan kembali teks. Wallace (1994) mempelajari pengubahan teks menjadi
melodi. Satu eksperimen menghasilkan lagu tiga bait dengan melodi
non-repetitif; setiap bait memiliki musik yang berbeda. Eksperimen kedua
menghasilkan lagu tiga bait dengan melodi repetitif; setiap bait memiliki musik
yang sama. Eksperimen lain mempelajari pengingatan kembali teks tanpa musik.
Musik repetitif menghasilkan pengingatan kembali teks dalam jumlah tinggi, dan
dari situ diambil kesimpulan bahwa musik berperan sebagai alat mnemonik. Smith
(1985) mempelajari musik latar dengan daftar kata. Sebuah eksperimen melibatkan
pengingatan daftar kata dengan musik latar. Para peserta mengingat kata-kata
tersebut 48 jam kemudian. Eksperimen lain melibatkan pengingatan daftar kata
tanpa musik latar. Para pesertanya juga mengingat kata-kata tersebut 48 jam
kemudian. Peserta yang mengingat daftar kata dengan musik latar mengingat
kembali lebih banyak kata sehingga diambil kesimpulan bahwa musik memberikan
acuan kontekstual.
Perlu diketahui bahwa, "Meski banyak studi memperlihatkan pengaruh
positif di bidang akademik lain, musik dan seni rupa adalah disiplin akademik
yang, seperti akademik lainnya, merupakan cara independen untuk belajar dan
mengetahui." Sayangnya, musik di sekolah-sekolah dihapus akibat pemotongan
anggaran sekolah. Asisten Superintenden Kurikulum dan Instruksi untuk
Chesapeake Public Schools di Chesapeake, Virginia, Dr. Patricia Powers
menyatakan, "Tidak biasanya melihat pemotongan program di bidang musik dan
seni ketika ekonomi membaik. Justru sayang sekali kehilangan dukungan di
bidang-bidang ini, terutama sejak program musik dan seni banyak berkontribusi
positif terhadap masyarakat." Apa yang tidak diketahui dewan sekolah
adalah menghapus pelajaran musik dapat menjatuhkan skor ujian karena dampak
positifnya terhadap segala hal, mulai dari akademik sampai kewarganegaraan,
bahkan kebersihan pribadi.
Musik menjadikan siswa lebih sukses di sekolah. Kemampuan yang dipelajari
melalui disiplin musik, transfer ke kemampuan belajar, kemampuan komunikasi,
dan kemampuan kognitif bermanfaat di setiap bagian kurikulum sekolah.
Partisipasi dalam ansambel juga menjadikan siswa lebih sukses. Hal ini membantu
siswa belajar bekerja lebih efektif di lingkungan sekolah dan mengurangi
tindakan kekerasan dan perilaku tidak pantas lainnya.
Musik juga membantu pelajar yang mengalami pertumbuhan kecerdasan. Studi
lain juga menemukan bahwa kecerdasan anak meningkat akibat pendidikan musik.
Hal yang baru adalah gabungan studi perilaku yang ketat dan riset saraf baru
menunjukkan bagaimana studi musik dapat berkontribusi aktif terhadap
perkembangan otak. Para peneliti di Universitas Montreal memakai berbagai
teknik pencitraan otak untuk menyelidiki aktivitas otak selama melakukan
hal-hal berbau musik dan menemukan bahwa membaca skor musik dan bermain musik
mengaktifkan wilayah-wilayah di keempat lobus korteks; dan bagian-bagian
serebelum juga menjadi aktif saat kegiatan itu dilakukan.
Studi lain menemukan bahwa musik membantu penalaran. Musik membuat siswa
sebagai pelajar dan pemikir yang lebih baik.
Advokasi musik
Di sejumlah komunitas, dan bahkan seluruh sistem pendidikan nasional, musik
mendapatkan sedikit dukungan sebagai suatu pelajaran akademik, dan guru musik
merasa bahwa mereak harus aktif mencari dukungan publik untuk pendidikan musik
sebagai pelajaran yang sah. Persepsi perlunya mengubah opini publik ini
berujung pada pengembangan berbagai pendekatan yang umumnya disebut
"advokasi musik". Advokasi musik muncul dalam berbagai bentuk,
beberapa di antaranya didasarkan pada argumen sarjana dan temuan ilmiah yang
sah, sementara contoh lainnya bergantung pada data yang tidak meyakinkan dan
masih kontroversial.
Di antara proyek-proyek advokasi musik terkenal yang baru yang telah
menjadi subjek kontroversi adalah "Efek Mozart"
(yang sekarang diyakini merupakan teori yang didasarkan pada salah penafsiran
dan pembesar-besaran), National
Anthem Project, dan gerakan Cultural
Diversity in Music Education yang berusaha mencari arti pedagogi
setara di antara para pelajar tanpa memandang ras, etnis, atau masalah
sosioekonomi. Meski "Efek Mozart" tergolong kontroversi, teori ini
memiliki kebenaran dalam membuktikan bahwa teori tersebut dapat diandalkan.
Pengujiannya melibatkan dua kelompok, satu kelompok sudah diajari musik dan
satu lagi tidak. Ketika tes ini dilakukan pada anak-anak berusia tiga tahun,
uji temporal mereka 35% lebih baik daripada mereka yang tidak diajari musik;
tes ini berlangsung selama beberapa hari. Satu-satunya celah dalam tes ini
adalah kelompok usia yang berbeda. Semakin tua usianya, semakin sedikit
efeknya,
Banyak sarjana musik kontemporer menekankan bahwa advokasi musik hanya bisa
benar-benar efektif jika didasarkan pada argumen bunyi empiris yang memasuki
motivasi politik dan agenda pribadi. Posisi mengenai advokasi musik ini diusung
khusus oleh para filsuf
pendidikan musik (seperti Bennett Reimer, Estelle Jorgensen, David J. Elliott, John Paynter
dan Keith Swanwick,),
meski masih ada celah antara diskursus filsafat pendidikan musik dan praktik
aktual oleh guru-guru musik dan eksekutif organisasi musik.
Pengajar musik berpengaruh
Organisasi profesional